RSS FEED

Ancaman Serius Bagi "ISLAM"

MASALAH NII
Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) telah mengeluarkan fatwa sesat terhadap gerakan NII KW9. Bahkan lembaga yang berpusat di Bandung, Jawa Barat itu telah menyampaikan hasil temuannya ke aparat kepolisian. Namun, sepertinya pemerintah tidak begitu peduli dengan sepak terjang gerakan ini. Mengapa itu bisa terjadi? Benarkah NII KW9 ini memang buatan pemerintah sendiri? Untuk membahasnya, wartawan Media Umat Joko Prasetyo mewawancarai KH Athian Ali M Dai, Ketua FUUI. Berikut petikannya.
Apakah Anda melihat ada upaya pendiskreditan Islam dengan merebaknya kembali isu NII KW 9?
Dari sejak awal lahirnya, itu diciptakan untuk memecah belah umat Islam.
Indikasinya?
NII gadungan ini diciptakan oleh kepentingan politik, untuk mengimbangi atau menghancurkan NII yang sesungguhnya yang berdiri di zaman Soeharto itu, di Orde Baru. Bagi Soeharto, gerakan NII/DI-TII Kartosoewirjo itu cukup menganggu.
Kebetulan Adah Jaelani, kaki tangannya Kartosoewirjo, menyerahkan diri ke Kodam Siliwangi. Bagi NII asli, Adah ini pengkhianat. Sedangkan bagi rezim Soeharto, Adah adalah pahlawan.
Lalu Adah ditarik ke Jakarta, diberi modal, lalu diarahkan untuk membentuk NII gadungan ini. Lewat NII gadungan inilah kekuatan NII asli bisa dilumpuhkan, termasuk 8.800 kekuatan mereka di Jabar dan Banten dilumpuhkan.
Apa saja manuver yang dilakukan NII gadungan ini?
Meski kekuatan NII Kartosoewirjo sudah lemah, pemerintah menyadari semangat ber- NII itu jelas masih ada. Maka NII gadungan ini diarahkan untuk mengarahkan semua NII di semua KW, dari 1 sampai 7 itu agar berinduk kepada KW9 yang sebenarnya NII gadungan. Ini dimaksudkan agar mereka yang masih punya semangat NII bisa terkendali dalam NII gadungan ini yang sebenarnya tidak akan pernah untuk memperjuangkan syariat Islam. Bahkan mereka sedang menghancurkan syariat Islam.
Apa bahayanya NII gadungan ini?
Yang jelas memang NII gadungan ini diciptakan untuk menghancurkan kekuatan umat Islam. Ya bahayanya, umat Islam akan terpecah dan umat Islam yang awam akan menjadi korban.
Dan korbannya sudah sangat banyak 168.660 orang  dalam catatan kita yang kita miliki per september 2001 di seluruh Indonesia. Jadi sudah ada 168.660 umat Islam sudah tidak shalat, menganggap halal harta orang lain, rumah tangga dihancurkan, orang tua dikafir-kafirkan, dan banyak lagi.
Tidak sedikit orang tua yang stres, lalu korban terganggu jiwanya, luar biasa kalau saya lihat. Yang pasti yang kita rasakan umat Islam kita terpecah belah, saling tuduh, saling mengafirkan, itu memang yang diharapkan dari ternak NII gadungan ini.
Siapa yang bertanggung jawab atas maraknya NII gadungan itu?
Ya, jelas yang menciptakannya. Yang harus bertanggung jawab. Tapi kita sebagai umat Islam sangat lemah untuk bisa menekan pemerintah dan aparat untuk betul-betul serius menangani masalah ini.
Bayangkan saja sekarang mereka memproklamirkan NII gadungan ini dalam arti berdirinya negara Islam menurut versi mereka tahun 1992 dan sekarang sudah tahun 2011. Artinya, sudah 19 tahun di negeri ini sudah berdiri sebuah negara, tapi kelihatannya kita lihat masa aparat dan pemerintah sampai tidak tahu.
Lho, kita saja tahu sampai struktur pemerintahannya. Kita punya. Bahkan yang terjadi di zaman Orde Baru itu,  banyak menteri yang hilir mudik, bolak-balik ke pusat NII palsu yakni Ma’had Al Zaytun, yang rencananya akan menjadi ibukotanya itu. Kalau saya melihatnya seperti kunjungan Negara Indonesia ke ‘Negara Islam Indonesia’. Yang mereka pun saling berpelukan.
Siapa saja menteri yang datang ke situ?
Ya, hampir semua pernah ke sana. Jadi tidak mungkin kalau pemerintah tidak tahu. Bahkan kalau tidak tahu, sudah kita kasih tahu. Kan kita sudah menyerahkan dokumen yang kita miliki termasuk struktur pemerintahannya, siapa presidennya, berapa menteri di bawahnya, masing-masing siapa, bahkan dengan nomor teleponnya ada semua. Termasuk rekening bank yang menjadi sumber kekayaan mereka ke mana saluran dananya, berapa rakyatnya, masing masing di mana, di seluruh Indonesia, berapa jumlahnya, itu sudah saya serahkan.
Diserahkan kepada siapa?
Ke Polda Jawa Barat, ke Pangdam Siliwangi, ke Kejaksaan Tinggi Jabar. Dokumen-dokumen itu diserahkan kepada pimpinannya langsung. Bahkan ke Kejaksaan Agung juga, saya serahkan semuanya.
Komentar mereka bagaimana?
Belum bisa dibuktikan keterkaitan  antara korban dengan dokumen-dokumen yang ada dengan ‘negara’ yang dipimpin oleh Panji Gumilang itu. Mereka selalu beralasan harus ada bukti tertulis atau bukti saksi-saksi kita.
Sekarang  saya sudah menyiapkan itu. Saksi-saksi dan bukti tertulis bahwa mereka yang menjadi korban. Setingkat menteri, gubernur, memang dilantik dan diangkat oleh Panji Gumilang.
Semua korban mengatakan bahwa Panji Gumilang itu presiden mereka dan Al Zaytun adalah pusat pemerintahannya.
Kapan Anda menyerahkan dokumen-dokumen tersebut?
Saya menyerahkan dokumen itu tahun 2001. Jadi sudah 10 tahun. Selama 10 tahun itu, kita menemukan bukti baru kita serahkan. Namun,  ya… baru kita rasakan ditanggapi serius itu, ketika Polda Jabarnya dipimpin oleh Pak Susno Duadji.
Hanya di zaman Pak Susnolah Polda Jabar serius untuk menangani masalah ini. Sehingga ada 18 pejabat NII gadungan setingkat gubernur dan wagub yang sudah dipidanakan dan kalau nggak salah masing -masing dipenjara 2,5 tahun.
Pak Susno sendiri sempat menyatakan pada saya, “Beri terus saya saksi dan sebagainya, habisi sampai ke ujung dunia.” Saya pun masih ingat betul Pak Susno mengatakan, “Saya tahu kekuatan di belakang mereka, tapi saya siap karena mereka salah, kita yang benar.”
Eh tidak lama kemudian beliau ditarik ke Mabes Polri, dan kemudian sekarang sedang dihadapkan dengan hal yang kita nggak ngerti, dan sekarang NII palsu berkembang lagi seperti ini.
Harapan Anda dari pemerintah?
Yang kita harapkan keseriusan. Sekarang terang-terangan sajalah apa yang mereka inginkan untuk membuktikan dan untuk menyelesaikan ini. Akan kita siapkan. Kita juga sudah mempersiapkan berapa saksi-saksi lain, dengan modus yang baru dan akan segera kita laporkan.

PROYEK CINA
Cina yang ingin mensekulerkan umat Islam Indonesia. Tujuannya untuk menghilangkan ‘ghirah’ (kecemburuan terhadap agamanya), dan umat Islam bersikap toleran terhadap apa saja, dan siapa saja, yang ingin memperbudak mereka. Dengan sekulerisasi itu akan memudahkan penguasaan terhadap Indonesia, negeri yang mayoritas muslim ini.

Sekulerisasi tidak lain menjadikan kehidupan duniawi menjadi keyakinan, tujuan, landasan hidup. Bukan lagi Islam. Bukan haq dan bathil. Bukan baik dan buruk yang menentukan, tetapi hanya kepentingan duniawi. Halal dan haram tidak ada lagi. Tidak ada lagi mukmin dan kafir.

Semuanya menjadi legal. Agama tidak lagi menjadi timbangan (mizan). Kemudian, yang akan menjadi timbangan manusia, semata-mata kepentingan duniawi. Kepentingan sesaat. Inilah yang akan dituju Cina, yang bertujuan melakukan sekelurisasi terhadap muslim di Indonsia.

Cina ingin agama tidak penting lagi. Agama tidak lagi menjadi landasan hidup kaum muslim. Nlai-nilai Islam tidak penting. Karena hanya akan menghalangi kepentingan bangsa Cina, yang ingin menjajah dan menguasai Indonesia. Agama Islam hanya sebatas sebuah ritual agama yang tidak mempunyai makna apa-apa.

Toleransi bagian yang paling asas dalam ideologi sekuler, dan tidak ada lagi agama, yang akan mendominasi kehidupan. Menghargai kemajemukan, dan perbedaan agama. Tidak ada yang bersifat mutlak.

Orang Islam harus toleran dengan pelacuran, perjudian, minuman keras, sogok-suap, korupsi, makanan haram, segala bentuk kesesatan yang merusak dan menghancurkan karakter dan watak umat Islam. Padahal, ini semua tidak lain merupakan bentuk kegiatan yang dilarang dalam Islam, yang sekarang ini ingin direduksi dengan projek sekulerisasi.

Kaum Cina Perantauan (Chinese Overseas), yang ada di Asia telah menggilas habis kaum pribumi, melalui sindikasi dan kerjasama dengan para pejabat yang rakus. Hanya dengan sogok dan suap, sebagai modus operandi mereka, berhasil menekuk para pejabat, dan kemudian para pejabat itu, menyerahkan kekayaan negara kepada mereka.
Di zaman Soeharto 200 pengusaha Cina menjadi pilar kekuasaan, dan mereka yang dipercaya mengelola ekonomi negara. Kemudian, mereka mendapatkan lisensi, seperti diberikan izin HPH (Hak Pengelolaan Hutan), dan mengakibatkan hutan-hutan di Indonesia habis. Mereka juga mendapatkan lisensi lainnya, seperti dibidang pertambangan, perdagangan, dan lainnya.
Tak heran menjelang tumbangnya Soeharto mereka telah menguasai 70 persen ekonomi Indonesia yang nilainya bermilyar-milyar dolar. Sekarang kekayaan mereka berada di Singapura, yang tidak dapat dijamah oleh pemerintah Indonesia.
Laporan dari majalah Forbers, yang menjelaskan tentang 10 orang terkaya di Indonesia, diantaranya dari 10 orang yang terkaya itu, 9 orang keturunan Cina. Peringkat pertama R. Budi dan Michel dengan kekayaan mencapai $ 11 miliar dolar. Sedangkan nomor 10, Aburizal Bakrie, yang nilai kekayaannya hanya $ 2 miliar dolar.
Orang-orang kaya yang jumlahnya hanya 10 orang itu, menguasai asset penting di Indonesia. Seperti kebun kelapa sawit, batu bara, minyak, dan berbagai sektor perdagangan. Sementara itu, umat Islam dan bangsa ini, hanya menjadi kuli dan budak, di kebun dan pabrik-pabrik, dan hanya dengan imbalan yang sedikit.
Zaman Soekarno golongan Cina tidak diberi kesempatan mengelola okonomi secara masif, seperti zaman Soeharto. Bahkan, mereka dilarang tinggal di daerah tingkat dua, kabupaten/kecamtan, melalui PP No.10. Tetapi, sekarang orang-orang Cina dari Jakarta, sampai ke kampung-kampung, dan menguasai jaringan perdagangan yang mereka ciptakan. Sementara itu, kaum pribumi hanya menjadi pembelinya. Perusahaan yang menjadi milik pribumi sudah habis ludes, pindah tangan orang Cina, di zaman Soeharto.
Orang Islam di Indonesia menghadapi projek penghancuran yang dilakukan Cina dan AS. Mereka melakukan kelaborasi dengan menciptakan situasi yang terus-menerus, yang mendiskreditikan umat Islam. Menciptakan ketakutan yang luar biasa terhadap bangsa. Seakan umat Islam dengan ajarannya merupakan ancaman yang maha dahsyat bagi kehidupan. Mereka harus ditumpas.
Menciptakan opini orang-orang yang ditangkap sebagai pelaku ‘teroris’ sebagai yang sangat membahayakan. Mereka menjadi ancaman global. Mereka menjadi ancaman keamanan nasional. Bangsa Indonesia dibuat gemetar dengan isu ‘teroris’.
Semuanya ini tak lain lain, sebuah kerjasama antara berbagai kepentingan yang ingin menghancurkan umat Islam, jiga jaringan media masa yang sudah menjadi alat para penjajah yang ingin menghancurkan umat Islam. Termasuk dengan LSM-LSM, yang mereka tak lain, orang-orang yang ‘jualan’ isu Islam radikal, yang mereka sebut sebagai ancaman.
Aktivis LSM itu mengatakan, sekarang meningkat adanya kekerasan dengan menggunakan agama. Padahal, faktanya tidak ada. Semuanya itu sengaja di ‘create’ (diciptakan), yang tujuannya untuk mendapatkan ‘fulus’, sembari mengorbankan umat Islam. Banyak para lembaga yang mengaku memiliki data tentang gerakan Islam, yang sejatinya hanyalah palsu.
Tak heran sekarang ada projek de-radikalisasi, yang menginginkan umat Islam ini tidak lagi memiliki ‘ghirah’. Mereka bekerjasama dengan para ulama. Tujuannya untuk menelanjangi aqidah umat Islam. Sehingga, mereka menjadi ‘tasamuh’ (toleran) terhadap apa saja, dan siapa saja. Inilah projek penghancuran terhadap umat Islam.
Jika umat Islam sudah tersekulerisasi dan tidak lagi memiliki ‘ghirah’ agama lagi, maka para penjajah itu dengan sangat mudah mereka akan menguasai Indonesia. Apalagi, jika mereka sudah berhasil mempenetrasi pusat kekuasaan dengan bentuk melakukan ‘investasi’ di berbagai bidang, maka tamatlah republik ini.
Umat Islam yang masih memiliki ‘ghirah’ merupakan benteng terakhir untuk mempertahankan Republik ini, bila benteng ini sudah roboh, tak ada lagi, yang akan mempertahankan Republik ini. Indonesia akan menjadi daerah jajahah dengan bentuk yang baru.


POLITIK BARAT UNTUK MEMECAH BELAH UMAT ISLAM
Barat sangat menyadari bahwa tegaknya kembali Khilafah di tengah-tengah kaum muslimin yang akan menerapkan syariah Islam secara kaffah, menyatukan umat Islam diseluruh dunia, melindungi dan membebaskan umat Islam yang tertindas dengan jihad fi sabilillah dan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia sehingga menjadi rahmatan lil ‘alamin, akan mengancam dominasi mereka. Oleh karena itu, tegaknya kembali Khilafah harus dicegah dengan segala cara. Salah satunya dengan menggunakan politik belah bambu. Umat Islam yang mendukung mereka diangkat, dipuji-puji dan dijuluki Muslim Moderat, sedang yang bertentangan harus ditekan habis.
seseorang yang dianggap sebagai muslim moderat antara lain: menolak pemberlakuan hukum Islam kepada non muslim; meninggalkan keinginan untuk menggantikan konstitusi dengan hukum Islam; menolak supremasi Islam atas agama lain; menolak aturan bahwa seorang muslim yang beralih pada agama lain (murtad) harus dibunuh; mendorong kaum muslim untuk menghilangkan larangan nikah beda agama dan lain-lain.
Jadi, sangat jelas Islam Moderat adalah istilah yang sarat kepentingan Barat. Sebuah model Islam yang bisa menerima nilai-nilai Barat dengan meninggalkan prinsip-prinsip pokok dari ajaran Islam itu sendiri.
Jadi Istilah Islam Moderat tidak lain adalah cara yang digunakan Barat untuk membendung tegaknya Islam, memecahbelah dunia Islam dan melanggengkan penjajahan Barat atas Dunia Islam. Siapa saja yang mau menerima dan mengakomodasi kepentingan penjajahan Barat akan disebut Muslim moderat. Mereka akan diberikan ‘carrot’, dipuji habis-habisan dan dipromosikan. Sementara siapa saja yang bertentangan dengan hal itu akan disebut Muslim radikal dan teroris. Mereka mendapatkan ‘stick‘, artinya legal diperangi dengan cara apapun.


Sumber :  http://febrianhamidi.community.undip.ac.id/

0 komentar:

Posting Komentar

Return top